BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tuntutan masyarakat
terhadap kualitas layanan kesehatan semakin hari semakin meningkat. Ini
didorong berbagai perubahan mendasar di masyrakat baik ekonomi,pendidikan
,teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya.tidak terkecuali
perubahan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan
termasuk layanan kebidanan. Salah satu layanan kebidanan yang memerlukan peningkatan
kualitas layanan adalah pelayanan asuhan terhadap bayi hipotermia.
Kehidupan bayi baru
lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa transisidari kehidupan
intrautern ke kehidupan ekstrauterin. Slah satu yang menjadi masalah yang
dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia. Hipotermia yaitu
penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal.
Hipotermia menggambarkan keadaan
di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu yang kewalahan dalam menghadapi
stressor dingin. Hipotermia diklasifikasikan sebagai kebetulan atau disengaja,
primer atau sekunder, dan dengan tingkat hipotermia.
Terkadang hipotermia umumnya hasil
dari paparan yang tak terduga pada orang yang tidak cukup siap; contoh termasuk
tempat penampungan tidak memadai untuk seorang tunawisma, seseorang terjebak
dalam badai musim dingin atau kecelakaan kendaraan bermotor, atau seorang
penggemar olahraga outdoor tertangkap basah oleh unsur-unsur. Disengaja
hipotermia adalah sebuah negara diinduksi umumnya diarahkan pada pelindung saraf
setelah situasi berisiko (biasanya setelah serangan jantung, lihat Hipotermia Terapi ). hipotermia Primer adalah karena paparan
lingkungan, dengan tidak ada kondisi medis yang mendasari menyebabkan
terganggunya pengaturan suhu. hipotermia sekunder adalah suhu tubuh yang rendah
akibat penyakit medis menurunkan suhu titik setel.
Banyak pasien telah pulih dari
hipotermia parah, sehingga pengenalan dini dan inisiasi prompt dari pengobatan
yang optimal adalah yang terpenting.
Hipotermia sistemik juga dapat
disertai oleh luka dingin lokal
Peran bidan sangat diperlukan
untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia pada bayi.seorang bidan itu harus
memiliki pengetahuan yng luas,sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan
untuk mencengah terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Bayi yang mengalami
hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian sehingga memerlukan
pengawasan oleh perawatan yang ketatdari tenaga kesehatan yang berpengalaman
dan berkualitas tinggi.
Berdasarkan latar
belakang di atas,maka kami tertarik utuk membahas tentang masalah hipotermia
pada bayi dan mengenai asuhan kebidanan pada hipotermia.
1.2 Angka Kejadian
Berdasarkan perkiraan World Health
Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal
terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada
periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti:
sepsis, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair,
2007)
Laporan WHO tahun
2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran
hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan
angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan
setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal,
jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008)
Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari
angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi
sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,
gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007)
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka morbiditas
dan mortalitas Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama.
Penyebab utama mortalitas BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom
gangguan nafas, infeksi, serta komplikasi hipotermi. Di Indonesia sekitar 70%
persalinan terjadi di pedesaan dan di tolong oleh dukun bayi, mungkin pula
ditolong oleh mertua, anggota keluarga yang lain atau tetangga. Faktor utama
yang memberikan peluang terjadinya kematian
neonatus di rumah adalah kegagalan untuk mengenal faktor resiko tinggi pada
kehamilan, persalinan, periode neonatus dan tidak merujuk pada saat yang tepat.
Upaya perawatan BBLR dengan praktek “metode botol panas dan bedong” serta
praktek tradisional lainnya yang bersifat pendekatan supernatural, terbukti
tidak dapat membantu bahkan seringkali memberikan dampak buruk terhadap kondisi
fisik bayi, seperti kasus luka bakar akibat teknologi pemanasan dengan lampu petromaks.
(Bangun lubis, 2008).Menurut dr. Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia dan ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinsia)
dalam seminar “Orientasi Metode Kanguru” yang diselenggarakan Forum Promosi
Kesehatan Indonesia, bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan
berat badan rendah, terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat
hipotermi yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,50c disamping asfiksia dan
infeksi. (Imral Chair,2007)
Untuk
mengetahui kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat, karena bedah
mayat sangat susah dilakukan di Indonesia maka kematian janin dan neonatus
hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik laboratorium. Dengan dasar pemeriksaan
itu, sebab utama kematian perinatal di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta adalah infeksi, asfiksia neonatorum, trauma, kelahiran, cacat bawaan, penyakit
yang berhubungan prematuritas, immaturitas, dan lain-lain. (Sarwono, 2002)
Infeksi
pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas dan
mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in
utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan
pertama kehidupan. (Rachma, 2005)
Angka kejadian sepsis neonatorum masih
cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini
dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap
infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir
yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih
rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum
sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah terkena sepsis neonatorum. Tindakan
invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi
nasokomial. (Surasmi, 2003)
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang
termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Memberi pengetahuan pada pembaca.
2.
Menjelaskan apa yang dimaksud dengan
hipotermia dan patofisiologi hipotermia.
3.
Menjelaskan etiologi dan tanda serta
gejala hipotermia.
4.
Menjelaskan komplikasi dan
penatalaksanaan hipotermia.
5.
Menjelaskan apa saja asuhan kebidanan
pada hipotermia.
BAB
II
Tinjauan
Kasus
2.1 Definisi Hipotermia
Beberapa definisi hipotermia dari beberapa sumber
1. Menurut
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001),bayi hipotermia adalah bayi
dengan suhu badan dibawah normal.adapun suhu normal pada neonatus adalah 36,5o-37,5o C. Gejala
awal pada hipotermi apabila suhu <36o C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320-36o
C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32o C diperlukan
termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25o C.
2. Menurut
Indarso F( 2001),disamping sebagai suatu gejala,hipotermia merupakan awal
penyakit yang berakhir dengan kematian.
3. Menurut
Sandra M.T (1997),hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun
sampai dibawah 35o C.
2.2 Patofisiologi Hipotermia
Suhu inti tubuh diatur secara
ketat dalam "zona thermoneutral" antara 36,5 ° C dan 37,5 ° C, di
luar yang biasanya tanggapan thermoregulatory diaktifkan. Tubuh mempertahankan
suhu inti yang stabil melalui produksi menyeimbangkan panas dan kehilangan
panas. Pada saat istirahat, manusia menghasilkan 40-60 kilokalori (kkal) dari
panas per meter persegi luas permukaan tubuh melalui generasi oleh metabolisme
sel, yang paling menonjol di hati dan jantung. Meningkatkan produksi panas
dengan kontraksi otot lurik, menggigil meningkatkan laju produksi panas 2-5
kali.
Kehilangan panas terjadi melalui
beberapa mekanisme, yang paling signifikan yang di bawah kondisi kering, adalah radiasi
(55-65% dari kehilangan panas). Konduksi konveksi dan account untuk sekitar 15%
dari kehilangan panas tambahan, dan respirasi dan account penguapan untuk
sisanya. Konduktif dan kehilangan panas konvektif, atau transfer langsung dari
panas ke benda atau sirkulasi udara, masing-masing adalah penyebab paling umum dari hipotermia
disengaja. Konduksi adalah mekanisme sangat signifikan kehilangan panas
menenggelamkan / perendaman kecelakaan sebagai konduktivitas termal air hingga
30 kali dari udara.
Hipotalamus mengontrol
termoregulasi melalui konservasi panas meningkat (vasokonstriksi perifer dan
tanggapan perilaku) dan produksi panas (menggigil dan meningkatkan tingkat
tiroksin dan epinefrin). Perubahan dari SSP dapat mengganggu mekanisme ini.
Ambang batas untuk menggigil adalah 1 derajat lebih rendah dari vasokonstriksi
dan dianggap mekanisme upaya terakhir oleh tubuh untuk menjaga suhu. Mekanisme
untuk pelestarian panas dapat kewalahan dalam menghadapi stres dingin dan suhu
inti bisa drop sekunder untuk kelelahan atau glikogen deplesi.
Hipotermia mempengaruhi hampir
semua sistem organ. Mungkin efek paling signifikan terlihat pada sistem
kardiovaskular dan SSP. Hipotermia menyebabkan depolarisasi penurunan sel pacu
jantung, menyebabkan bradikardi. Karena bradikardia ini tidak vagally
dimediasi, dapat refrakter terhadap terapi standar seperti atropin. Berarti
tekanan arteri dan penurunan curah jantung, dan elektrokardiogram (EKG) mungkin
menunjukkan karakteristik gelombang J atau Osborne (lihat gambar di bawah).
Sementara umumnya terkait dengan hipotermia, gelombang J mungkin varian normal
dan terlihat kadang-kadang dalam sepsis dan iskemia miokard.
Aritmia atrium dan ventrikel dapat
hasil dari hipotermia; detak jantung dan fibrilasi ventrikel telah dicatat
untuk mulai secara spontan pada suhu inti di bawah 25-28 ° C.
Hipotermia semakin menekan SSP,
SSP metabolisme menurun secara linear sebagai inti tetes suhu. Pada suhu inti
kurang dari 33 ° C, aktivitas otak listrik menjadi abnormal; antara 19 ° C dan
20 ° C, sebuah electroencephalogram (EEG) mungkin muncul konsisten dengan
kematian otak. Jaringan mengalami penurunan konsumsi oksigen pada suhu yang
lebih rendah, itu tidak jelas apakah hal ini karena penurunan tingkat
metabolisme pada suhu lebih rendah atau afinitas hemoglobin yang lebih besar
untuk oksigen digabungkan dengan ekstraksi oksigen gangguan jaringan
hipotermia.
Istilah "inti suhu setelah
drop" mengacu pada penurunan lebih lanjut dalam suhu inti dan kerusakan
klinis yang terkait pasien setelah rewarming telah dimulai. Teori saat ini
fenomena didokumentasikan adalah bahwa sebagai jaringan perifer hangat,
vasodilatasi memungkinkan darah dingin pada ekstremitas untuk mengedarkan
kembali ke inti tubuh. Mekanisme lain mungkin sedang berlangsung juga. Beberapa
percaya bahwa turun setelah paling mungkin terjadi pada pasien dengan radang
dingin atau hipotermia lama.
2.3 Etiologi Hipotermia
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan
lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan
luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3. Cadangan
glikogen dan brown fat sedikit.
4. Bayi
baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
5. Kurangnya
pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi mengalami
hipotermia.
6. Bayi
dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
7. Berat
lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
8. Tempat
melahirkan yang dingin.
9. Bayi
asfiksia,hipoksia,resusitasi yang lama,sepsis,sindrom dengan
pernapasan,hipoglikemia perdarahan intra kranial.
Faktor pencetus
hipotermia menurut Depkes RI,1992 :
a) Faktor
lingkungan.
b) Syok.
c) Infeksi.
d) Gangguan
endokrin metabolik.
e) Kurang gizi
f) Obat-obatan.
g) Aneka
cuaca.
Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :
1. Radiasi
adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objek yang dingin.
Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2. Konduksi
adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana basah tidak langsung
diganti.
3. Konveksi
adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal BBL diletakkan
dekat pintu atau jendela terbuka.
4. Evaporasi
adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi misalnya
cairan amnion pada bayi.
2.4 Tanda dan Gejala
Berikut beberapa gejala bayi terkena
hipotermia,yaitu :
1. Suhu
tubuh bayi turun dari normalnya.
2. Bayi
tidak mau minum atau menetek.
3. Bayi
tampak lesu atau mengantuk saja.
4. Tubub
bayi teraba dingin.
5. Dalam
keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema).
6. Kulit
bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7. Lebih
diam dari biasanya.
8. Hilang
kesadaran.
9. Pernapasannya
cepat.
10. Denyut
nadinya melemah.
11. Gangguan
penglihatan.
12. Pupil
mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Berikut adalah tanda
terjadinya hipotermia
Tanda-tanda hipotermia
sedang :
a) Aktifitas
berkurang,letargis.
b) Tangisan
lemah.
c) Kulit
berwarna tidak rata (cutis malviorata).
d) Kemampuan
menghisap lemah.
e) Kaki
teraba dingin.
f) Jika
hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.
Tanda-tanda hipotermia berat :
a) Aktifitas
berkurang,letargis.
b) Bibir
dan kuku kebiruan.
c) Pernafasan
lambat.
d) Bunyi
jantung lambat.
e) Selanjutnya
mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.
f) Risiko
untuk kematian bayi.
Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :
a) Muka,ujung
kaki dan tangan berwarna merah terang.
b) Bagian
tubuh lainnya pucat.
c) Kulit
mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung,kaki dan tangan(sklerema).
2.5 Komplikasi
1.
Hipotermia berat.
2.
Ikterus.
2.6 Penatalaksanaan
Umum
1.
Penanganan hipotermia secara umum untuk
bayi
Pengaturan
suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa kehilangan suhu
tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang dingin. Bayi yang
mengalami hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut beberapa cara
penanganan hipotermia untuk bayi :
a) Hangatkan
bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang hangat. Bungkuslah tubuhnya
dengan selimut tebal.
b) Pakaikan
topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas tubuh anda.
2.
Penanganan hipotermia secara umum untuk balita
a) Jika
ia mampu melakukannya,minta anak berendam air hangat. Bila warna kulitnya telah
kembali normal,segera keringkan dan bungkus tubuhnya dengan handuk tebal atau
selimut.
b) Kenakan
pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut yang cukup
banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam ruangan cukup
hangat. Temani anak.
c) Berikan
anak minuman hangat dan makanan penuh energi,misalnya cokelat. Jangan tinggalkan
anak sendirian,kecuali anda yakin warna kulit dan suhu tubuhnya telah kembali
normal.
Dan
ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
1. Jangan
menempelkan sumber panas langsung,seperti botol berisi air panas ke kulit anak.
Anak harus menjadi hangat secara bertahap.
2. Jika
anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan periksa pernapasannya. Jika
anak bernapas,baringkan ia pada posisi pemulihan,jika tidak bernapas,mulailah
bantuan pernapasan dan kompresi dada. Telepon Ambulans.
2.7 Penatalaksanaan oleh bidan di desa
Suhu normal pada
neonatus berkisar 360-37,50 C (suhu ketiak). Gejala awal
hipotermia ialah apabila suhu > 36o C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin,maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang ( suhu 32o-<36oC) . Disebut
hipotermia kuat bila suhu tubuh < 32o C. Untuk mengukur suhu pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur samapai 25o
C. Di samping sebagai suatu gejala,hipotermia dapat merupakan awal penyakit
yang dapat berakhir kematian.
2.7.1 Ada prinsip dasar untuk mempertahankan suhu
tubuh bayi baru lahir,yaitu :
a)
Mengeringkan bayi segera setelah lahir
Bayi
lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela/pintu yang
terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan
panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan
biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya
masih belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermia seringkali
tidak terdeteksi oleh ibu atau keluarga bayi atau penolong persalinan.
Untuk
mencengah terjadinya serangan dingin setiap bayi lahir harus segera dikeringkan
dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan
terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat.dimulai
dari kepala kemudian seluruh tubuh bayi. Handuk yang basah harus diganti dengan
handuk lain yang kering dan hangat.
b)
Setelah tubuh bayi kering segera
dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup kepala,kaos tangan dan kaki.
Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibu.
c)
Memberi ASI sedini mungkin segera
setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting
refleks dan bayi mendapat kalori.
d)
Mempertahankan bayi tetap hangat selama
dalam perjalanan pada waktu merujuk.
e)
Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
f)
Melatih semua orang yang terlibat dalam
pertolongan persalinan.
g)
Menunda memandikan bayi baru lahir
sampai suhu tubuh bayi stabil.
Untuk mencengah terjadinya serangan dingin
ibu atau keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi
1. Pada
bayi lahir sehat yaitu lahir cukup bulan,berat>2.500 gram,langsung menangis
kuat,memandikan bayi ditunda selama kurang lebih 24 jam setelah kelahiran. Pada
saat memandikan bayi gunakanlah air hangat.
2. Pada
bayi lahir dengan risiko (tidak termasuk kriteria di atas),keadaan umum bayi
lemah atau bayi dengan berat lahir < 2.000 gram sebaiknya bayi jangan
dimandikan ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu
tubuh bayi stabil,bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
h)
Tindakan pada hipotermia bayi baru lahir
1. Bayi
yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu.
2. Cara
lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada
ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap
hangat,tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi
tepat guna baru) disebut sebagai metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan
pakaian longgar berkancing depan.
3. Bila
tubuh bayi masih dingin,gunakanlah selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang
digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai
tubuh bayi hangat.
4. Biasanya
bayi hipotermia menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI
sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak mengisap beri infus glukosa
10 % sebanyak 60-80 ml/kg per hari.
BAB
III
Penerapan
Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan Neonatus
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Tanggal 2 Oktober 2007
A. Identitas Bayi
Nama Anak : Bayi Ny. “H”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 2 Oktober 2007
Jam : 09.30 WIB
Anak : Kedua
Alamat : Jalan Sudirman no 220 RT 02/RW 04
Tanggal 2 Oktober 2007
A. Identitas Bayi
Nama Anak : Bayi Ny. “H”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 2 Oktober 2007
Jam : 09.30 WIB
Anak : Kedua
Alamat : Jalan Sudirman no 220 RT 02/RW 04
Identitas Ibu dan Bapak
Nama Ibu : Ny. “H” Nama Ayah : Tn.“S”
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
1. Riwayat persalinan sekarang
Usia kehamilan : 38 minggu
Lama persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 20 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah : 10 jam 50 menit
2. Jumlah perdarahan
Kala I : Blood slym
Kala II : 50 cc
Kala III : 150 cc
Kala IV : 250 cc
Jumlah : 450 cc
3. Keadaan air ketuban : Jernih
4. Waktu pecahnya ketuban : 08.00 WIB dengan amniotomi
5. Jenis persalinan : Sponta pervaginam
6. Lilitan tali pusat : Tidak ada
7. Episiotomi : Tidak ada
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
S: 35,7o C RR : 60 x/menit
BB : 2900 gram N : 130 x/menit
Aktivitas : lemah
Daya hisap : lemah
Ekstrimitas : membiru
Refleks : lemah
APGAR SCORE
Menit I A : 1 Menit V A : 1
P : 2 P : 2
G : 1 G : 2
A : 1 A : 1
R : 1 R : 2
Jumlah 6 7
4. Kepala
Nama Ibu : Ny. “H” Nama Ayah : Tn.“S”
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
1. Riwayat persalinan sekarang
Usia kehamilan : 38 minggu
Lama persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 20 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah : 10 jam 50 menit
2. Jumlah perdarahan
Kala I : Blood slym
Kala II : 50 cc
Kala III : 150 cc
Kala IV : 250 cc
Jumlah : 450 cc
3. Keadaan air ketuban : Jernih
4. Waktu pecahnya ketuban : 08.00 WIB dengan amniotomi
5. Jenis persalinan : Sponta pervaginam
6. Lilitan tali pusat : Tidak ada
7. Episiotomi : Tidak ada
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
S: 35,7o C RR : 60 x/menit
BB : 2900 gram N : 130 x/menit
Aktivitas : lemah
Daya hisap : lemah
Ekstrimitas : membiru
Refleks : lemah
APGAR SCORE
Menit I A : 1 Menit V A : 1
P : 2 P : 2
G : 1 G : 2
A : 1 A : 1
R : 1 R : 2
Jumlah 6 7
4. Kepala
a. UUB : rata, berdenyut
b. UUK : cembung
c. Moulage : tidak ada
d. Caput succedeneum : tidak ada
e. Bentuk kepala : bulat, simetris
5. Mata
a. Bentuk : simetris kanan – kiri
b. Strabismus : tidak ada
c. Pupil mata : peka terhadap rangsang cahaya
d. Skelera : tidak ikterik
e Keadaan : bersih
f. Bulu mata : ada
g. Konjungtiva : agak pucat
6. Hidung
a. Bentuk : simetris kanan-kiri
b. Luka hidung : bersih, tidak ada pengeluaran sekret
c. Pernapasan cuping hidung : tidak ada
7. Mulut
a. Bentuk : simetris
b. Palatum : tidak ada palotoskisis
c. Gusi : licin, agak pucat
d. Refleks hisap : lemah
e. Bibir : tidak ada skisis
8. Telinga
a. Posisi : simetris
b. Keadaan : bersih tidak ada pengeluaran serumen
9. Leher
Pergerakan leher : leher tampak ekstensi bila badan diangkat
10. Dada
a. Posisi : simetris
b. Mamae : ada
c. Suara nafas : tidak ada ronchi dan hwezing pernapasan belum teratur
11. Perut
Bentuk : normal, tidak ada pembesaran, tali pusat masih basah
12. Genetalia
a. Jenis kelamin : perempuan
b. Anus : ada
13. Ekstremitas
a. Bentuk : simetris, ujung-ujung membiru
b. Jari kaki : lengkap
c. Jari tangan : lengkap
d. Aktivitas : lemah, tampat mengantung
14. Kulit : turgor jelek, berwarna tidak rata (cutis marviorata)
15. Refleks
a. Menghisap (sucking) : lemah
b. Menggenggam (graping) : ada
c. Refleks kaki (staping) : ada
d. Refleks moro : ada
16. Ukuran antropometri
BB : 2900 gram PB : 45 cm
Lila : 8 cm LK : 33 cm
LD : 30 cm
b. UUK : cembung
c. Moulage : tidak ada
d. Caput succedeneum : tidak ada
e. Bentuk kepala : bulat, simetris
5. Mata
a. Bentuk : simetris kanan – kiri
b. Strabismus : tidak ada
c. Pupil mata : peka terhadap rangsang cahaya
d. Skelera : tidak ikterik
e Keadaan : bersih
f. Bulu mata : ada
g. Konjungtiva : agak pucat
6. Hidung
a. Bentuk : simetris kanan-kiri
b. Luka hidung : bersih, tidak ada pengeluaran sekret
c. Pernapasan cuping hidung : tidak ada
7. Mulut
a. Bentuk : simetris
b. Palatum : tidak ada palotoskisis
c. Gusi : licin, agak pucat
d. Refleks hisap : lemah
e. Bibir : tidak ada skisis
8. Telinga
a. Posisi : simetris
b. Keadaan : bersih tidak ada pengeluaran serumen
9. Leher
Pergerakan leher : leher tampak ekstensi bila badan diangkat
10. Dada
a. Posisi : simetris
b. Mamae : ada
c. Suara nafas : tidak ada ronchi dan hwezing pernapasan belum teratur
11. Perut
Bentuk : normal, tidak ada pembesaran, tali pusat masih basah
12. Genetalia
a. Jenis kelamin : perempuan
b. Anus : ada
13. Ekstremitas
a. Bentuk : simetris, ujung-ujung membiru
b. Jari kaki : lengkap
c. Jari tangan : lengkap
d. Aktivitas : lemah, tampat mengantung
14. Kulit : turgor jelek, berwarna tidak rata (cutis marviorata)
15. Refleks
a. Menghisap (sucking) : lemah
b. Menggenggam (graping) : ada
c. Refleks kaki (staping) : ada
d. Refleks moro : ada
16. Ukuran antropometri
BB : 2900 gram PB : 45 cm
Lila : 8 cm LK : 33 cm
LD : 30 cm
II.
INTERPRETASI DATA DASAR
1. Diagnosa
Bayi baru lahir dengan hipotermi sedang
Dasar :
1. Diagnosa
Bayi baru lahir dengan hipotermi sedang
Dasar :
a.
Suhu 35.70C
b. APGAR SCORE 6/7
c. Ekstrimitas membiru
d. Kedua kaki teraba dingin
e. Kulit terdapat bercak merah
f. Menangis lemah
g. Tampak mengantuk tetapi masih bisa dibangunkan
h. Aktivitas lemah
i. Tali pusat masih basah
b. APGAR SCORE 6/7
c. Ekstrimitas membiru
d. Kedua kaki teraba dingin
e. Kulit terdapat bercak merah
f. Menangis lemah
g. Tampak mengantuk tetapi masih bisa dibangunkan
h. Aktivitas lemah
i. Tali pusat masih basah
2.
Masalah
a. Nutrisi tidak adequat
Dasar : Daya isap bayi terhadap ASI lemah
b. Keterbatasan aktifitas
Dasar :
1) Aktifitas lemah
2) Tampak mengantuk tapi masih bisa dibangungkan
3) Menangis lemah
c. Ketidaknyamanan pada bayi
Dasar :
1) Bayi menggigil
2) Nadi cepat
d. Resiko infeksi
Dasar : tali pusat masih basah
a. Nutrisi tidak adequat
Dasar : Daya isap bayi terhadap ASI lemah
b. Keterbatasan aktifitas
Dasar :
1) Aktifitas lemah
2) Tampak mengantuk tapi masih bisa dibangungkan
3) Menangis lemah
c. Ketidaknyamanan pada bayi
Dasar :
1) Bayi menggigil
2) Nadi cepat
d. Resiko infeksi
Dasar : tali pusat masih basah
3.
Kebutuhan
a. Segera hangatkan bayi
Dasar :
1) Suhu 35,70 C
2) APGAR Score 6/7
3) Ektrimitas membiru
4) Kedua kaki teraba dingin
5) Kulit terdapat bercak merah
6) Menangis lemah
7) Tampak mengantuk tetapi masih bisa dibangunkan
8) Aktivitas lemah
b. Pemberian nutrisi
Dasar :
1) Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi
2) Turgor kulit jelek
3) Refleks gerak bayi berkurang
4) Bayi menangis lemah
5) Bayi tampak mengantuk
c. Pemenuhan lingkungan yang nyaman
Dasar :
1) Bayi belum dibersihkan
2) Bayi menggigil
d. Perawatan tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
1. Potensial terjadi hipotermi berat
Dasar :
a. Suhu 35,7 0C
b. Apgar Score 6/7
c. Turgor buruk
d. Bayi belum mendapat asupan nutrisi
e. Bayi menggigil
f. Nadi cepat
a. Segera hangatkan bayi
Dasar :
1) Suhu 35,70 C
2) APGAR Score 6/7
3) Ektrimitas membiru
4) Kedua kaki teraba dingin
5) Kulit terdapat bercak merah
6) Menangis lemah
7) Tampak mengantuk tetapi masih bisa dibangunkan
8) Aktivitas lemah
b. Pemberian nutrisi
Dasar :
1) Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi
2) Turgor kulit jelek
3) Refleks gerak bayi berkurang
4) Bayi menangis lemah
5) Bayi tampak mengantuk
c. Pemenuhan lingkungan yang nyaman
Dasar :
1) Bayi belum dibersihkan
2) Bayi menggigil
d. Perawatan tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
1. Potensial terjadi hipotermi berat
Dasar :
a. Suhu 35,7 0C
b. Apgar Score 6/7
c. Turgor buruk
d. Bayi belum mendapat asupan nutrisi
e. Bayi menggigil
f. Nadi cepat
2.
Hipoglikemi
Dasar : Bayi belum mendapat asupan nutrisi
Dasar : Bayi belum mendapat asupan nutrisi
3.
Potensial terjadi asfiksia
Dasar :
a. Apgar Score 6 / 7
b. RR : 60 x/menit
c. N : 130 x/menit
d. Ekstrimitas : membiru
IV. KEBUTUHAN INTERVENSI DAN KOLABORASI SEGERA
Beri tahu keluarga tentang persiapan rujukan apabila keadaan bayinya semakin buruk.
V. RENCANA MANAGEMEN
1. Hangatkan tubuh bayi
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya mempertahankan suhu tubuh bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang cara menghangatkan bayi
c. Anjurkan pada ibu untuk melakukan teknik penghangatan pada bayi baru lahir
d. Observasi kemampuan ibu dalam melakukan teknik penghangatan
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu melakukan teknik penghangatan
2. Pemberian ASI
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI bagi bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang untuk menyusui yang benar
c. Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
d. Observasi kemampuan ibu dalam membantu ibu menyusui bayinya
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu menyusui bayinya
3. Menjaga personal hygiene bayi
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemeliharaan kebersihan bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang cara memandikan bayi
c. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
d. Observasi kemampuan ibu dalam menjaga kebersihan bayinya
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu menjaga kebersihan bayinya.
4. Pemantauan bayi baru lahir
a. Jelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya bayi baru lahir
b. Ajarkan pada ibu tentang penanganan dini terhadap tanda bahaya bayi baru lahir
c. Libatkan anggota keluarga lainnya dalam memantau keadaan bayi baru lahir
VI. PELAKSANAAN
1. Menghangatkan tubuh bayi
a. Bayi dipakaikan topi atau kain untuk menjaga kepala tetap hangat
b. Menggunakan popok yang dilapisi plastik sehingga bayi mendapat sumber panas terus menerus
c. Mengganti kain/pakaian/popok yang basah dengan yang kering
d. Kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi diantara bagian tubuh bayi dengan dada dan perut ibu dalam baju kanguru
2. Melakukan perawatan kebersihan bayi baru lahir
a. Segera mengeringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
b. Menunda memandikan bayi kira-kira 24 jam setelah kelahiran
c. Merawat tali pusat
d. Memandikan dengan mandi kering
3. Membantu ibu menyusui bayinya kepanpun ketika bayi mau menyusui
4. Melakukan pemantauan bati baru lahir
a. Pantau kemampuan menghisap
b. Keaktifan bayi
c. Pantau keadaan umum bayi seperti suhu, BB, nadi, pols
5. Menjelaskan tanda dan bahaya pada bayi baru lahir
a. Pernapasan sulit (lebih dari 60 x/menit), < 30 x/mnt, > 60 x/mnt.
b. Suhu tubuh terlalu rendah ( < 36 0C)
c. Warna kulit terutama 24 jam pertama, biru/pucat
d. Menghisap lemah, banyak muntah, mengantuk berlebihan
e. Aktivitas (bayi menggigil, menangis lemah, badan lemas dan kejang)
Dasar :
a. Apgar Score 6 / 7
b. RR : 60 x/menit
c. N : 130 x/menit
d. Ekstrimitas : membiru
IV. KEBUTUHAN INTERVENSI DAN KOLABORASI SEGERA
Beri tahu keluarga tentang persiapan rujukan apabila keadaan bayinya semakin buruk.
V. RENCANA MANAGEMEN
1. Hangatkan tubuh bayi
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya mempertahankan suhu tubuh bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang cara menghangatkan bayi
c. Anjurkan pada ibu untuk melakukan teknik penghangatan pada bayi baru lahir
d. Observasi kemampuan ibu dalam melakukan teknik penghangatan
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu melakukan teknik penghangatan
2. Pemberian ASI
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI bagi bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang untuk menyusui yang benar
c. Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
d. Observasi kemampuan ibu dalam membantu ibu menyusui bayinya
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu menyusui bayinya
3. Menjaga personal hygiene bayi
a. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya pemeliharaan kebersihan bayi
b. Ajarkan pada ibu tentang cara memandikan bayi
c. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
d. Observasi kemampuan ibu dalam menjaga kebersihan bayinya
e. Libatkan keluarga atau suami dalam membantu ibu menjaga kebersihan bayinya.
4. Pemantauan bayi baru lahir
a. Jelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya bayi baru lahir
b. Ajarkan pada ibu tentang penanganan dini terhadap tanda bahaya bayi baru lahir
c. Libatkan anggota keluarga lainnya dalam memantau keadaan bayi baru lahir
VI. PELAKSANAAN
1. Menghangatkan tubuh bayi
a. Bayi dipakaikan topi atau kain untuk menjaga kepala tetap hangat
b. Menggunakan popok yang dilapisi plastik sehingga bayi mendapat sumber panas terus menerus
c. Mengganti kain/pakaian/popok yang basah dengan yang kering
d. Kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi diantara bagian tubuh bayi dengan dada dan perut ibu dalam baju kanguru
2. Melakukan perawatan kebersihan bayi baru lahir
a. Segera mengeringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
b. Menunda memandikan bayi kira-kira 24 jam setelah kelahiran
c. Merawat tali pusat
d. Memandikan dengan mandi kering
3. Membantu ibu menyusui bayinya kepanpun ketika bayi mau menyusui
4. Melakukan pemantauan bati baru lahir
a. Pantau kemampuan menghisap
b. Keaktifan bayi
c. Pantau keadaan umum bayi seperti suhu, BB, nadi, pols
5. Menjelaskan tanda dan bahaya pada bayi baru lahir
a. Pernapasan sulit (lebih dari 60 x/menit), < 30 x/mnt, > 60 x/mnt.
b. Suhu tubuh terlalu rendah ( < 36 0C)
c. Warna kulit terutama 24 jam pertama, biru/pucat
d. Menghisap lemah, banyak muntah, mengantuk berlebihan
e. Aktivitas (bayi menggigil, menangis lemah, badan lemas dan kejang)
VII.
EVALUASI
1. Ibu mau menghangatkan bayinya dengan metode kanguru
2. Bayi mau diberi/mendapatkan ASI meskipun sedikit-sedikit
3. Bayi dalam keadaan bersih
4. Pakaian/popok selalu dalam keadaan kering
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 36 0 C
Nadi : 120 x/menit
RR : 40 x/menit
1. Ibu mau menghangatkan bayinya dengan metode kanguru
2. Bayi mau diberi/mendapatkan ASI meskipun sedikit-sedikit
3. Bayi dalam keadaan bersih
4. Pakaian/popok selalu dalam keadaan kering
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 36 0 C
Nadi : 120 x/menit
RR : 40 x/menit
CATATAN
PERKEMBANGAN HARI KE-2
Tanggal 3-10-2007 jam : 09.00 WIB
S : Ibu mengatakan bayi minum ASI kuat
O :
Tanggal 3-10-2007 jam : 09.00 WIB
S : Ibu mengatakan bayi minum ASI kuat
O :
1.
Bayi baru lahir hari ke-2
2. Keadaan umum bayi baik
3. Tali pusat masih basah
4. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 135 x/menit
RR : 40 x/menit
A :
2. Keadaan umum bayi baik
3. Tali pusat masih basah
4. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 135 x/menit
RR : 40 x/menit
A :
1.
Diagnosa
Bayi baru lahir ke-2
Dasar :
a. Bayi baru lahir tanggal 2-10-2007 pukul 09.30 WIB
b. Keadaan umum baik
c. Tali pusat masih basah
d. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 135 x/menit
RR : 40 x/menit
2. Masalah
Potensial terjadi infeksi tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perawatan tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik
b. Penyuluhan tentang pemberia ASI
c. Penyuluhan tentang personal hygiene/kebersihan tubuh
P :
Bayi baru lahir ke-2
Dasar :
a. Bayi baru lahir tanggal 2-10-2007 pukul 09.30 WIB
b. Keadaan umum baik
c. Tali pusat masih basah
d. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5 0C
Nadi : 135 x/menit
RR : 40 x/menit
2. Masalah
Potensial terjadi infeksi tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perawatan tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik
b. Penyuluhan tentang pemberia ASI
c. Penyuluhan tentang personal hygiene/kebersihan tubuh
P :
1.
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara ekslusif selama 6 bulan
2. Beritahu pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada BBL
3. Evaluasi cara perawatan kebersihan bayi baru lahir
4. Libatkan keluarga dalam menjaga kestabilan suhu badan bayi baru lahir
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-7
Tanggal 9-10-2007 jam : 09.00 WIB
S :
2. Beritahu pada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada BBL
3. Evaluasi cara perawatan kebersihan bayi baru lahir
4. Libatkan keluarga dalam menjaga kestabilan suhu badan bayi baru lahir
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-7
Tanggal 9-10-2007 jam : 09.00 WIB
S :
1.
Ibu mengatakan bayinya sudah dapat menghisap ASI kuat
2. Ibu mengatakan bayinya BAK dan BAB
3. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan perawatan pada bayinya dan tali pusat sudah puput
O :
2. Ibu mengatakan bayinya BAK dan BAB
3. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan perawatan pada bayinya dan tali pusat sudah puput
O :
1.
BB : 3000 gram
Pols : 138 x/menit
RR : 40 x/menit
Temp : 36.50 C
Lila : 9 cm
2. Refleks menghisap (+), ASI diberikan setiap bayi menangis, ASI sudah mulai banyak
3. Tali pusat masih basah
4. Eliminasi BAK 6-7 x/hari, BAB 3 x/hari
A :
Pols : 138 x/menit
RR : 40 x/menit
Temp : 36.50 C
Lila : 9 cm
2. Refleks menghisap (+), ASI diberikan setiap bayi menangis, ASI sudah mulai banyak
3. Tali pusat masih basah
4. Eliminasi BAK 6-7 x/hari, BAB 3 x/hari
A :
1.
Diagnosa
Bayi baru lahir ke-7
Dasar : Bayi lahir spontan tanggal 2-10-2007 pukul 09.30 WIB
2. Masalah
Untuk sementara tidak ada
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif dan mencegah infeksi pada bayi baru lahir dengan perawatan teknik septik dan antibiotik
b. Pesonal hygiene
c. Penyuluhan pemberian imunisasi dini
P :
Bayi baru lahir ke-7
Dasar : Bayi lahir spontan tanggal 2-10-2007 pukul 09.30 WIB
2. Masalah
Untuk sementara tidak ada
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif dan mencegah infeksi pada bayi baru lahir dengan perawatan teknik septik dan antibiotik
b. Pesonal hygiene
c. Penyuluhan pemberian imunisasi dini
P :
1.
Pantau keadaan umum bayi
2. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksluif selama 6 bulan dan melakukan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
3. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan perawatan bayi baru lahir
4. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI setiap mau menyusui
2. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksluif selama 6 bulan dan melakukan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
3. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan perawatan bayi baru lahir
4. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI setiap mau menyusui
CATATAN
PERKEMBANGAN HARI KE-14
Tanggal 16-10-2007 jam : 09.00 WIB
S :
Tanggal 16-10-2007 jam : 09.00 WIB
S :
1.
Ibu mengatakan berat badan bayi bertambah
2. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai aktif
O :
2. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai aktif
O :
1.
BB : 3300 gram
Pols : 130 x/menit
RR : 34 x/menit
Temp : 36,5 0C
Lila : 9 cm
2. Refleks menghisap (+)
Refleks sucking (+)
Refleks stapping (+)
Refleks moro (+)
3. ASI diberikan setiap bayi mau/menangis dan ASI sangat lancar
4. Eliminasi BAK 6-7 x/hari, BAB 3 x/hari
A :
Pols : 130 x/menit
RR : 34 x/menit
Temp : 36,5 0C
Lila : 9 cm
2. Refleks menghisap (+)
Refleks sucking (+)
Refleks stapping (+)
Refleks moro (+)
3. ASI diberikan setiap bayi mau/menangis dan ASI sangat lancar
4. Eliminasi BAK 6-7 x/hari, BAB 3 x/hari
A :
1.
Diagnosa
Bayi baru lahir ke-14
Dasar : bayi baru lahir spontan tanggal 2-10-2007 pukul 09.30 WIB
2. Masalah
Untuk sementara tidak ada
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perawatan bayi sehari-hari dirumah
b. Penyuluhan tentang nutrisi yag adequat
P :
Bayi baru lahir ke-14
Dasar : bayi baru lahir spontan tanggal 2-10-2007 pukul 09.30 WIB
2. Masalah
Untuk sementara tidak ada
3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perawatan bayi sehari-hari dirumah
b. Penyuluhan tentang nutrisi yag adequat
P :
1.
Anjurkan pada ibu untuk mnejaga personal hygiene bagi bayinya
2. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusifnya
3. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi sehari-hari dengan benar
4. Anjurkan pada ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
2. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusifnya
3. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi sehari-hari dengan benar
4. Anjurkan pada ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
BAB
IV
Penutup
Kesimpulan
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh inti turun sampai
dibawah 35o C.
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan
lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan
luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3. Cadangan
glikogen dan brown fat sedikit.
4. Bayi
baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
5. Kurangnya
pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi mengalami
hipotermia.
6. Bayi
dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
7. Berat
lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
8. Tempat
melahirkan yang dingin.
9. Bayi
asfiksia,hipoksia,resusitasi yang lama,sepsis,sindrom dengan
pernapasan,hipoglikemia perdarahan intra kranial.
Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :
Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang
hangat (bayi) ke objek yang dingin.
Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena
kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara
sekelilingnya.
Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan
dari air pada kulit bayi
Berikut beberapa gejala bayi terkena
hipotermia,yaitu :
1. Suhu
tubuh bayi turun dari normalnya.
2. Bayi
tidak mau minum atau menetek.
3. Bayi
tampak lesu atau mengantuk saja.
4. Tubub
bayi teraba dingin.
5. Dalam
keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema).
6. Kulit
bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7. Lebih
diam dari biasanya.
8. Hilang
kesadaran.
9. Pernapasannya
cepat.
10. Denyut
nadinya melemah.
11. Gangguan
penglihatan.
12. Pupil
mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
Ada prinsip dasar untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir,yaitu :
1. Mengeringkan bayi
segera setelah lahir
2. Setelah tubuh bayi
kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup kepala,kaos
tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk
mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
3. Memberi ASI sedini
mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori.
4. Mempertahankan bayi
tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk.
5. Memberikan
penghangatan pada bayi baru lahir secara
mandiri.
6. Melatih semua orang
yang terlibat dalam pertolongan persalinan.
7. Menunda memandikan
bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Tindakan pada
hipotermia bayi baru lahir
1. Bayi yang mengalami
hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah
segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2. Cara lain yang
sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan
bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar
terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap
hangat,tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi
tepat guna baru) disebut sebagai metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan
pakaian longgar berkancing depan.
3. Bila tubuh bayi
masih dingin,gunakanlah selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang
digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai
tubuh bayi hangat.
Daftar
Pustaka
1.
Hapsari,RW.2009.Makalah
Termoregulasi Pada Bayi Baru Lahir (Perlindungan Termal). Jakarta : http://superbidan.wordpress.com (diakses tanggal 13
oktober 2011 jam 12.05 WIB)
2. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
dengan Hipotermi Sedang Terhadap Bayi. Jakarta : http://d3kebidanan.blogspot.com
(diakses tanggal 15 oktober 2011 jam
16.53 WIB)
3. 2011. Hipotermia .Jakarta : http//www.scrib.com(diakses
tanggal 13 Oktober 2011 jam 20.05 WIB).
4.
Getty.2011.Bila Bayi Alami Hipotermia. Jakarta : http://lifestyle.okezone.com (diakses tanggal 15 Oktober 20011
jam 17.00 WIB)
6.
Ronaldo.2009.”Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak “
(terjemahan). Jakarta (halaman 90-91)
7.
“Penanganan Esensial dasar
Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi Baru Lahir”. Jakarta (halaman 75-76)
8.
Saifudin,Abdul
Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa Wiknjosastro,Djoko Waspodo.2009.”Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta
(halaman372-374).
9.
Wiknjosastro,Gulardi
H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo Hardjono,J.M.Seno Adjie.2008.”Asuhan Persalinan Normal”.Jakarta(
Halaman 123-126).
10. Maslichah.2011.”Hipertermi dan
hipotermi”. Bandung : http//maslichah05.wordpress.com(diakses tanggal 18
Oktober 2011 jam 17.25 WIB).
METODE KANGURU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar