Macam-Macam Klien Dalam Asuhan Kebidanan
Sesuai dengan wewenang dan lingkup
pelayanan kebidanan, maka konseling dalam bidang kebidanan meliputi:
1. Komunikasi
pada bayi dan balita
2. Komunikasi
pada remaja
3. Komunikasi
pada calon orang tua
4. Komunikasi
pada wanita hamil (masa antenatal)
5. Komunikasi
pada ibu bersalin (masa natal)
6. Komunikasi
pada ibu nifas
7. Komunikasi
pada ibu meneteki
8. Komunikasi
pada akseptor keluarga berencana
9. Komunikasi
pada wanita masa klimakterium dan menopause
10. Komunikasi
pada wanita dengan gangguan reproduksi
Komunikasi terapeutik
memegang peranan penting dalam membantu pasien memecahkan masalah yang
dihadapi. Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Tujuan komunikasi
terapeutik adalah :
1. Membantu
pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
2. Membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
3. Membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri
Komunikasi
terapeutik pada klien dalam asuhan kebidanan adalah:
1.
Komunikasi pada bayi dan balita
Komunikasi bayi
dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai
bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bisa berkata-kata
belum dipahami secara pasti.
Fase pertumbuhan dan
perkembangan komunikasi pada bayi meliputi:
·
Fase prelinguistic (fase sebelum
bicara)
Suara pertama yang dikeluarkan bayi
baru lahir adalah tangis sebagai reaksi terhadap perubahan tekanan udara dan suhu
luar uterin. Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu tahun,
pada saat usia anak dua sampai tiga minggu seharusnya orang tua sudah dapat
membedakan tangis bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah,
kesakitan atau minta perhatian. Untuk dapat membedakan kita harus mengenali
tangisan bayi:
a) Tangis
lapar biasanya bayi menangis dengan suara mendatar dan meningkat sesuai
kebutuhan.
b) Tangis
kesakitan, bayi mengeluarkan teriakan yang mendadak karena bayi terkejut.
c) Tangis
tidak nyaman atau minta perhatian bayi akan menangis yang berlangsung terus
menerus.
Kata
pertama
Kata pertama
mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena anak banyak akal untuk mengerti
perlu mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan dengan apa yang dikerjakan.
Misal: “mam” bisa berarti mama, bisa juga berarti makan. Tahap perkembangan
anak pada lingkup kata pertama, antara lain:
·
Usia 10 – 12 bulan timbul pengertian
pasif dari bahasa.
Bayi
memberi respon terhadap kata yang familier misalnya ada yang menyebut
ibu
maka dia akan berusaha mencari ibunya.
·
Bicara sesungguhnya mulai usia 12 – 18
bulan.
Satu
kata mengandung arti satu kalimat, misal : mengatakan makan berarti saya
mau
makan.
·
Menggunakan empat kata pada usia 15
bulan.
Sepuluh
kata pada usia delapan belas bulan.
Kalimat
pertama
Kalimat anak
seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan tata
bahasa, misal anak bilang “makan” berarti “aku mau makan”. Jadi orang tua atau
orang disekitarnya harus tanggap terhadap kata-kata anak tersebut. Hal-hal yang
berkaitan dengan kalimat pertama meliputi:
·
Usia 2 tahun anak mulai menyusun kata.
§
Disebut periode permulaan pembicaraan.
§
Kalimat anak mempunyai arti pribadi,
tidak ikut aturan.
§
Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang
aneh.
Kemampuan
bicara egosentris
Kemampuan bicara egosentris
(berpusat pada diri sendiri) dibedakan tiga macam:
·
Repetitif (pengulangan). Kata yang
didengar diulang-ulang.
·
Monolog (berbicara satu arah) biasanya
pada anak pra sekolah. Anak bicara sendiri memainkan banyak peran dengan
berkata-kata sendiri.
·
Monolog kolektif. Beberapa anak
berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri-sendiri, biasanya asyik
memainkan mainannya sendiri.
Perkembangan
semantik
Semantik
adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa yang diajarkan.
Anak pertama kali memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian mulai
mengetahui arti dan jenis kata abstrak. Misalnya anak akan lebih memahami
kucing yang bisa dilihat daripada pahit,manis, dll. Kata abstrak dipelajari
setelah pada masa pra sekolah. Kata yang sulit untuk anak pra sekolah adalah
kata yang selain punya arti fisik juga punya arti psikologis. Contohnya: manis
bisa berarti sikap, tapi juga bisa berarti rasa.
Prinsip
komunikasi yang efektif pada anak
·
Mengikuti perkembangan psikologis anak
·
Kontak kasih sayang orang tua dapat
memperkuat kepribadian anak
·
Pentingnya dalam komunikasi: belaian,
dukungan dan sentuhan akan menimbulkan rasa senang dan bahagia.
·
Dorongan bidan yaitu dengan membantu ibu
serta pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang aktif dalam bahsa dan
emosi.
2.
Komunikasi pada remaja
Merujuk pada
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, remaja adalah
mereka yang berusia 10 sampai 18 tahun. Sedangkan menurut World Health
Organization (WHO), yang dimaksud remaja adalah laki-laki dan perempuan
yang berusia 18 sampai 24 tahun.
Remaja biasanya
merupakan masa untuk mencari jati diri dan pengakuan. Sehingga dalam situasi
psikologis yang masih labil. Bila tidak diikuti dengan informasi-informasi yang
benar maka akan menimbulkan berbagai masalah yang menyangkut kenakalan remaja.
Konseling yang
diberikan pada anak laki – laki dan perempuan pada masa remaja bertujuan
memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan
emosi yang terjadi pada usia remaja. Pelaksanaan konseling pada remaja
menggunakan pendekatan kelompok. Bidan perlu menjalin
hubungan komunikasi terbuka dan mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui oleh
remaja. Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada remaja dengan
menitikberatkan masalah:
·
Perubahan fisik/biologis sesuai usia
·
Perubahan emosi dan perilaku remaja
·
Kehamilan pada remaja
·
Narkotika
·
Kenakalan remaja
·
Hambatan dalam belajar
Komunikasi yang efektif
pada remaja harus memperhatikan hal-hal yang menyangkut dengan remaja. Bahwa
masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa baik secara
jasmani maupun rohani. Jadi dalam komunikasi dengan remaja lebih memperhatikan:
·
Kenyamanan remaja dalam menerima
informasi
·
Memperhatikan cara pandang remaja dalam
mensikapi pesan yang disampaikan
·
Memfokuskan pada persoalan yang akan
disampaikan
·
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
dan nyaman untuk didengar
·
Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan
kepercayaan pada remaja
·
Bisa menguasai dan mengendalikan emosi
pada remaja saat penyampaian pesan
·
Menjalin keakraban dengan remaja
Bidan sebagai konselor
dalam masalah tersebut perlu melakukan pelayanan konseling, baik pada keluarga
dalam arti orang tua maupun remaja yang bermasalah.
3.
Komunikasi pada calon orang tua
Konseling pada calon
orangtua membantu pemahaman diri untuk menjadi orang tua, baik sebagai ayah
maupun sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan perkembangan
terjadi secara alami. Salah satu peran bidan ketika menghadapi klien adalah
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling kebidanan. Untuk memperjelas arah
konseling kebidanan pada calon orang tua, perlu adanya pemahaman terlebih
dahulu tentang hal – hal sebagai berikut :
·
Menjadi orang tua
Menjadi orang tua adalah suatu
proses kehidupan yang bermula dari terbentuknya pasangan suami istri menjadi
keluarga dan berlanjut dengan adanya keturunan.
·
Tanggung jawab laki-laki sebagai kepala
keluarga dan sebagai ayah.
Dalam perubahan status menjadi ayah
atau kepala keluarga, merupakan suatu keadaan yang membuat laki-laki secara
psikologis harus mampu membagi kasih terhadap istri dan anak. Memenuhi
kebutuhan keluarga secara fisik dan psikologis, secara moral dan material.
·
Tanggung jawab perempuan sebagai ibu
dalam keluarga
Peran
ibu dalam keluarga sangat kompleks. Ibu sebagai penerus keturunan, pendidik
dalam keluarga dan sebagai pendamping suami serta sebagai pelaksana,
menjalankan perekonomian dalam keluarga bersama suami.
Bidan dapat melakukan komunikasi
terapeutik pada calon ibu dengan lebih menitikberatkan kepada:
·
Memberikan penjelasan secara fisiologis
peristiwa yang disebut menstruasi.
·
Memberikan bimbingan tentang perawatan
diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi.
·
Memberi bimbingan tentang persiapan
perkawinan, dihubungkan dengan NKKBS/keluarga berkualitas.
·
Persyaratan-persyaratan kesehatan yang
sangat menentukan sebagai calon ibu.
·
Memberikan pemahaman dan upaya
penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi dan peran yang terjadi.
·
Menikah dan membentuk keluarga baru
membutuhkan konseling.
Konseling pada orang
tua karena berperan sebagai orang tua yang baik :
·
Butuh penyesuaian dalam menghadapi
kehidupan dan lingkungan baru (dua keluarga menjadi satu)
·
Menjadi orang tua merupakan proses
kehidupan individu
·
Masalah perbedaan pasutri (pasangan
suami istri)
·
Tanggung jawab laki-laki (ayah/kepala
keluarga)
·
Tanggung jawab perempuan sebagai penerus
keturunan, pendidik, pendamping suami, ekonomi keluarga
Masalah-masalah
yang dihadapi:
·
Kesehatan
·
Pendidikan
·
Hubungan antar dan inter keluarga
·
Psikososial (norma dan tata nilai)
4.
Komunikasi pada wanita hamil (masa
antenatal)
Konseling pada wanita
hamil terutama ditujukan pada ibu dengan kehamilan pertama. Konseling yang
diberikan oleh bidan pada trimester pertama berkenaan dengan perkembangan janin
sesuai dengan usia kehamilan, serta perubahan yang terjadi pada ibu. Konseling
pada kehamilan trimester ketiga berfokus pada intervensi yang diberikan pada
klien berkenaan dengan keadaan janin dalam rahim, posisi janin dan letak janin.
Persiapan persalinan baik yang normal maupun yang tidak normal didahului dengan
penjelasan tanda persalinan.
- Trimester 1
- Perubahan fisik
Perubahan fisik yang dialami pada masa antenatal
trimester pertama adalah :
1)
Mual yang dapat disertai muntah
2)
Hidung tersumbat dan epistaksis terjadi disebabkan edema masal akibat kenaikan
kadar estrogen
4)
Nyeri tekan pada payudara
5)
Hiperpalisipasi
6)
Leukorea
7)
Sakit kepala karena tekanan emosi, ketegangan mata, pembengkakan vaskuler dan
kongesti sinus akibat stimulasi hormonal
- Perubahan psikologis
Perubahan pada ibu hamil bukan merupakan gangguan
psikologis atau kejiwaan, tetapi merupakan bentuk perubahan fisiologis pada ibu
hamil. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan fisik. Kecenderungan ibu
hamil pada trimester pertama merasakan ketidaknyamanan, perasaan ingin marah,
tidak menentu yang tidak diketahui penyebabnya.
·
Peristiwa fisiologis:
Terjadi konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur),
ibu tidak menstruasi, terjadi perubahan hormonal, hal ini yang menyebabkan
kadang ibu mengalami pusing, mual, tidak nafsu makan, peningkatan suhu tubuh
dan nampak cloasma gravidarum, BB bertambah, pembesaran uterus, sehingga
tadinya langsing menjadi montok, gendut, dan gerakan lambat.
·
Perubahan psikologis:
Kehamilan merupakan arti emosional pada setiap
wanita, yang biasanya disertai perubahan-perubahan kejiwaan.
Peristiwa-peristiwa kejiwaan yang biasanya menyertai ibu hamil antara lain
peristiwa ngidam dibarengi dengan emosi-emosi yang kuat karena dorongan
hormonal, ibu jadi peka, mudah tersinggung, karena hamil umumnya menambah
intensitas tekanan batin pada psikisnya, tetapi dapat juga dijumpai ibu yang
bangga dengan kehamilannya dan bergairah menyambut kehadiran bayinya, bila
merupakan peristiwa pertama. Disamping perasaan gembira, rasa cemas pun timbul
apa bayinya cacat/sehat, apa melahirkan dengan lancar. Hal ini biasanya
diperberat dengan kasus-kasus rumah tangga.
Hal-hal yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan
pada ibu hamil adalah:
·
Ibu hamil pertama belum punya
pengalaman, contoh adanya pergerakan anak, kelainan-kelainan kulit
·
Anak yang tidak diharapkan, contoh
pernah mau digugurkan tetapi tidak gugur, takut anaknya cacat, kehamilan diluar
nikah
·
Persalinan lalu tidak menyenangkan,
contoh anak lahir tidak abnormal, anak meninggal, perdarahan, terlalu mengharap
jenis kelamin tertentu, umur ibu risiko tinggi, ibu menderita penyakit
tertentu, tidak mendapat dukungan suami atau keluarga yang lain, dll.
Pelaksanaan komunikasi
terapeutik:
Bidan
yang senantiasa berhubungan dengan bumil diharapkan mampu melalaui
tindakan
pemeriksaan, penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan
berbagai
metode maupun bentuk hubungan. Mengadakan komunikasi terapeutik
Komunikasi
terapeutik diharapkan dapat merendam pemunculan faktor psikososial
yang
berdampak negatif terhadap kehamilan
Bidan
diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk
mengorganisasikan
perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima,
memelihara
kehamilannya sehingga dapat melahirkan dengan lancar.
Prinsip
komunikasi pada ibu hamil:
·
Pesan yang disampaikan sesuai dengan
kondisi ibu hamil
·
Informasi yang diberikan menyangkut
tentang kehamilan dan persiapan melahirkan. Seperti ke hal-hal yang menyangkut
kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diperlukan
·
Menciptakan kenyamanan dan keakraban
saat menyampaikan pesan
·
Tidak membuat penerima stress dengan
info yang disampaikan
5.
Komunikasi pada ibu bersalin (masa
natal)
Kelahiran merupakan
proses fisiologis yang diwarnai komponen psikologis. Akan tetapi peristiwa yang
dialami tiap orang berbeda.
·
Perubahan fisiologis:
§ Semakin
tua kehamilan ibu semakin merasakan gerakan-gerakan bayi, perut makin besar,
pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu tidak nyaman. Kadang kadang terjadi
gangguan kencing, kaki bengkak.
§ Otot-otot
panggul dan jalan lahir mekar
§ Kontraksi
uterus dipengaruhi syaraf-syaraf sympati, parasympati, syaraf lokal otot uterus
·
Perubahan psikologis:
§
Minggu-minggu terakhir dipengaruhi
perasaan/emosi dan ketegangan
§
Ibu cemas apa bayinya cacat, dapat lahir
lancar
§
Ibu takut darah, nyeri, takut mati
§
Kecemasan ayah hampir sama dengan
kecemasan ibu, bedanya ayah tidak langsung merasakan efek kehamilan
Pelaksanaan
komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan:
Melihat kecemasan pada
ibu dan suami maka orientasi pelayanan bukan hanya ditujukan pada ibu tetapi
juga pada suami. Ibu dituntun untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang
proses kelahiran. Suami dibesarkan hatinya, dijelaskan apa yang terjadi pada istrinya.Komunikasi
pada ibu bersalin difokuskan pada teknik-teknik bersalin seperti teknik mengejan
atau mengatur pernafasan dan lain-lain
Pemberian pesan harus
sabar dalam memberikan informasi pada saat ibu bersalin,sehingga ibu yang
sedang bersalin merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang diberikan
sehingga bisa mempratekkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
6.
Komunikasi pada ibu nifas
·
Perubahan fisiologis:
§
Terjadi proses involusio, keluar lochea,
perut ibu kelihatan besar.
·
Perubahan psikologis:
§
Muncul berbagai ekspresi akibat
berlalunya peristiwa menentukan dalam hidupnya dan merupakan peristiwa
mengesankan karena:
a)
Ibu merasa bangga karena telah mengalami
kesulitan, kecemasan, kesakitan, penderitaan dengan tenaganya sendiri
b)
Ibu bahagia karena telah mendapat relasi
dengan bayinya, ingin cepat tau jenis kelamin, bentuk bayinya.
§
Disamping itu muncul gejala-gejala
psikis disebabkan:
a)
Ibu mengalami kesenduan, kepedihan hati,
kekecewaan dan penderitaan batin misal karena anak hasil hubungan luar nikah
b)
Jenis kelamin anak tidak sesuai harapan,
bayi cacat sehingga timbul rasa tidak cinta anaknya
c)
Ibu-ibu yang telah cerai, kelahiran anak
merupakan peristiwa tidak menyenangkan
Pelaksanaan komunikasi terapeutik:
·
Bidan harus hati-hati melakukan
komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih,seperti semula
·
Orientasi pembicaraan lebih berkisar
penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan psikis ibu nifas
Prinsip komunikasi pada ibu nifas:
·
Komunikasi difokuskan pada permasalahan
kasusnya masa nifas seperti cara
menjaga
kebersihan, perawatan bagi dan juga kesehatan ibu dan anak. Serta
pemulihan
organ-organ reproduksi
·
Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada
informasi atau pesan yang memerlukan
suatu
tindakan khususnya dana
·
Dalam menyampaikan informasi, pesan
harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima
·
Jika pesan memerlukan tindakan seperti
cara menyusui yang benar, maka pemberi pesan harus memberikan contoh melalui
alat media atau mempratekkan langsung pada ibu-ibu tersebut
7.
Komunikasi pada ibu meneteki
·
Perubahan fisiologis:
§
Kelenjar susu mulai bekerja yang
dipengaruhi hormon-hormon maka mulailah masa menyusui
·
Perubahan psikologis:
§
Ibu merasa terpisah dengan bayinya.
Gejolak emosi yang muncul: ibu cemas dengan keselamatan bayinya, cemas tidak
dapat memberi ASI dan perawatan cukup, tetapi ada juga yang sebaliknya benci
kepada anaknya.
§
Kondisi yang mencemaskan dimana ibu
takut menyusui bayinya, takut payudara jadi jelek, masalah lain karena ASI
tidak keluar, takut bayi kurang makan/ASI
Pelaksanaan komunikasi:
Komunikasi ditekankan
kepada peranan ibu untuk memberikan air susunya kepada bayi sebagai wujud
pertalian kasih sayang.
8.
Komunikasi pada akseptor keluarga
berencana
·
Perubahan fisiologis:
Kadang-kadang
muncul gangguan-gangguan sebagai akibat dari efek samping kontrasepsi seperti
pusing, BB bertambah, timbul flek-flek pada wajah, menstruasi banyak/tidak
teratur/tidak menstruasi, keputihan, libido turun, dll.
·
Perubahan psikologis:
Ibu
merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi, ibu takut
terjadi kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi sehingga hamil.
Pelaksanaan
komunikasi:
§ Komunikasi
berorientasi kepada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara
mengatasinya
§
Cara kerja alat kontrasepsi dan cara
pemakaiannya
Informasi awal pada saat konseling KB adalah manfaat KB
terhadap kesehatan dan kesejahteraan keluarga, jenis, metode dan alat
kontrasepsi, efek samping dan cara penanggulangannya, komplikasi dan cara
penanggulangannya.Hal-hal yang dibutuhkan untuk melakukan konseling KB
yang baik terutama bagi calon klien KB baru : Petugas bersikap sabar,
memperlihatkan sikap menghargai setiap klien, dan menciptakan suasana rasa
percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal
termasuk dalam masalah pribadi sekalipun.
- Interaksi antar petugas dan klien
- Memberikan informasi yang baik terhadap klien
- Hindari pemberian informasi yang berlebihan
- Tersedianya metode yang diinginkan klien
- Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
- Langkah-langkah konseling KB (SATU TUJU)
Dalam memberikan konseling khususnya bagi calon klien
baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tidak perlu dilakukan secara beurutan karena
petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa klien
membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibandingkan dengan
langkah yang lainnya.
Kata kunci SATU TUJU adalah :
SA :
berikan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
T : Tanyakan
kepada klien informasi tentang dirinya.
U : Uraikan kepada klien mengenai
pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk
pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
TU : bantulah
klien menentukan pilihannya.
J
: jelaskan secara lengkap bagaimana menggnakan
kontrasepsi pilihannya.
U :
perlunya dilakukan kunjungan ulang.
Gallen dan Leitenmaier (1987)
memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB
untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan
singkatan dari :
G – Greet : Memberikan salam, memperkenalkan diri dan
membuka komunikasi.
A – Ask atau Assess: Menanyakan keluhan atau
keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang
disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T – Tell : Beritahu bahwa persoalan pokok yang
dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi
dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
H – Help :Bantu pasien untuk memahami masalah
utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang
dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari
masing-masing cara tersebut.
E – Explain : Jelaskan bahwa cara yang terpilih
telah diberikan/dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin bisa segera
terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang
diharapkan.
R – Refer atau Return visit :Rujuk atau
fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau atau buat
jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah memberikan perhatian
9.
Komunikasi pada wanita masa
klimakterium dan menopause
·
Perubahan fisiologis:
Kadang-kadang
muncul gangguan-gangguan yang menyertai akibat menurunnya hormon estrogen dan
progesteron, seperti haid tidak teratur, keringat dingin, rasa panas di wajah (hot
flash), jantung berdebar-debar, sakit saat berhubungan seks (dispareuni),
dll.
·
Perubahan psikologis:
Ibu
merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi.
Pelaksanaan komunikasi:
§
Menjelaskan bahwa menopause adalah salah
satu siklus kehidupan wanita
§
Deteksi dini terhadap kelainan yang
berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia subur maupun klimakterium
§
Memberikan informasi tempat-tempat
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi
§
Membantu klien dalam pengambilan
keputusan
§
Komunikasi pada menopause harus
memperhatikan sifat-sifat dari menopause itu sendiri agar pesan yang
disampaikan dapat dicerna dengan baik.Karena fungsi dari organ tubuhnya mulai
berkurang maka komunikasi bisa menggunakan alat bantu untuk mempermudah dalam
memahami pesan yang disampaikan
Komunikasi
bisa menggunakan beberapa pendekatan diantaranya:
·
Pendekatan biologis: yaitu
menitikberatkan pada perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada menopause
seperti anatomi,fisiologi serta kondisi patologi yang bersifat multipel dan
kelainan fungsional pada menopause
·
Pendekatan psikologis: yaitu
menitikberatkan pada pemeliharaan dan pengembangan fungsi-fungsi kognitif,
afektif, konatif, dan kepribadian secara optimal
·
Pendekatan sosial budaya: yaitu
menitikberatkan pada masalah sosial budaya yang mempengaruhi menopause.
10. Komunikasi
pada wanita dengan gangguan reproduksi
·
Perubahan fisiologis:
Muncul
gangguan-gangguan dan keluhan yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita,
seperti keputihan, gangguan menstruasi, infertilitas, kanker/tumor di organ
reproduksi, penyakit menular seksual, dll.
·
Perubahan psikologis:
Ibu
merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi dan
ketidaksiapan menerima kenyataan
Pelaksanaan
komunikasi:
·
Menjelaskan penyebab/kemungkinan
gangguan yang diderita ibu
·
Deteksi dini terhadap kelainan yang
berhubungan dengan gangguan reproduksi
·
Memberikan informasi tempat-tempat
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan atau rujukan khususnya
kesehatan reproduksi
·
Membantu klien dalam mengambil keputusan
·
Memberikan support mental.
Sumber
Tyastuti S, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling dalam
Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Pada Bayi dan Anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar