Senin, 12 November 2012

MAKALAH EROSI PORTIO


BAB I
P E N D AH U LU A N
a.       Latar Belakang
Servik uteri adalah penghalang penting bayi masuknya ke dalam genetalia interna. Dalam hubungan ini seorang nulliparadalam keadaan normalkanalis servikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium utero eksternum sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum.
Radang pada serviks uteri biasanya terdapat pada porsio uteri diluar ostium uteri eksternum dan/atau pada endoserviks uteri. Pada beberapa penyakit kelamin, seperti gonorea, sifilis, ulkus molle, dan granuloma inguinale, dan pada tuberculosis, dapat ditemukan radang pada serviks.


b. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan kami dalam membuat makalah ini adalah :
1. Tujuan umum : ingin mengetahui lebih dalam tentang erosi serviks.
2. Tujuan Khusus :
a. Ingin mengetahui tentang pengertian erosi serviks.
b. Ingin mengetahui etiologi erosi serviks.
c. Mengetahui tentang tanda gejala dan penanganan terhadap erosi serviks.


BAB II
PEMBAHASAN
E R O S I   P O R S I
a) Pengertian Erosi Porsio
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.
Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.

b. Patofisiologi Terjadinya Erosi Porsio
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio.
Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.
Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim. Selain dan personal hygien yang kurang IUD juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan medai subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapatmasuknya kuman dan menyebabkan infeksi.
Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio menipis sehingga mudah menggalami Erosi Portio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metrorrhagia, ostium uteri eksternum tampak kemerahan, sekred juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi nabathi. (Winkjosastro, hanifa. Ilmu kandungan jilid I, YBPS-SP, Jakarta : 2005).

c. Penyebab erosi serviks :
1. Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi estrogen dalam tubuh.
a) Dalam kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan karena level estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b) Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c) Pada bayi baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita dan akan menghilang pada masa anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi berada di dalam Rahim
d) Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT): karena penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil, krim , dll.
2. Infeksi: teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
3. Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum)

d.  Gejala erosi serviks:
(1) Mayoritas tanpa gejala
(2) Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi :
• Setelah berhubungan seksual (poscoital)
• Diantara siklus menstruasi
• Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina
(3) Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
e. Penanganan erosi porsio/erosi serviks
1) Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
2) Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
• Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan jaringan lunak.
• Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan
• Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Erosi Porsio ialah adanya sekitar ostiu uteri eksternum suatu berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah.
b. Penyebabnya yaitu : infeksi pada masa reproduktif, keterpaparan suatu benda pada sat pemasangan AKDR, dan rangsangan luar maka epitel gampang berapis banyak dan porsio mati dan diganti dengan epitel silinderis canalis servikalis.
c. Patofisiologinya : Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD.
d. Tanda dan gejala nya yaitu :
(1). Mayoritas tanpa gejala
(2) Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi) yang terjadi :
• Setelah berhubungan seksual (poscoital)
• Diantara siklus menstruasi
• Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat berbau jika disertai infeksi vagina
(3) Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks meningkat secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
e. Erosi dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10% atau Al Bothyl.

2. Saran
Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan kedepannya kita lebih hati – hati dan teliti dalam melakukan tindakan kebidanan terhadap pasien agar dapat meminimalkan angka inveksi dan kecacatan pada klien dan juga hendaknya kita bisa menjaga kebersihan diri kita sendiri.

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “ H” DENGAN PERDARAHAN DI LUAR HAID (EROSI PORTIO)
DI RSUD SOSODORODJATO KOESOMOE POLI KANDUNGAN
BOJONEGORO

Tanggal : 21 Januari 2012                             Jam : 10.00 WIB
Data nSubyektif
Identitas Pasien
Nama Istri         : Ny “H”                 Nama Suami     : Tn “ I”
Umur         : 35 tahun                 Umur         : 40 tahun
Agama         : Islam                 Agama         : Islam
Suku / Bangsa     : Jawa / Indonesia             Suku / Bangsa : Indonesia
Pendidikan         : SMP                 Pendidikan     : SMP
Pekerjaan         :    -                     Pekerjaan     : Swasta
Penghasilan     : -                     Penghasilan     : Rp. 1.000.000,-
Alamat         : Ds. Sukorejo Rt.09/Rw.12  Bojonegoro        

Keluhan Utama
Ibu mengeluh rasa sakit pada daerah genetalianya setelah 1 minggu pemasangan IUD pada tanggal 12 Januari 2012, keluar darah dari kemaluannya dan terdapat keputihan yang cukup banyak.

Riwayat Haid
Menarche         : 13 Tahun
Siklus         : Tidak teratur
Lama         : 7 hari
Konsistensi     : Cair, Bau anyir khas darah
Flour Albus     : Setiap Hari warna kuning agak kehijauan
Disminorea     : Iya, hari pertama haid

Riwayat Perkawinan
Nikah         : 1 kali
Usia Menikah     : 20 tahun
Lama menikah     : 15 tahun
Jumlah anak     : 2 anak

Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi IUD sejak 1 minggu yang lalu.
Pola Kebiasaan Sehari – hari
Nutrisi     : Makan 3x sehari dengan porsi 2 piring nasi, sayur, dan lauk pauk. Minum air Putih + 7 gelas perhari
Eliminasi     : BAK + 5x/hari, BAB 1x/hari
Istirahat     : Tidur siang + 2jam/hari, Tidur malam + 8jam/hari
Kebersihan     : Mandi 2x/hari, Ganti baju dan celana dalam 2x/hari.

Keadaan Psikologi
Ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang dialami.

Pengetahuan
Ibu mengatakan awal terjadinya keputihan adalah setelah memakai alat kontrasepsi IUD.

Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum     :  baik
kesadaran         : compos mentis
Tanda – Tanda Vital
     TD      : 110/60 mmHg
S     : 37,5
C
R     : 19 x/menit
N     : 80 x/menit

Pemeriksaan Fisik
Muka         :  tidak pucat dan tidak oedem.
Mata         : Sklera putih, Conjungtiva tampak anemis
Ekstremitas     : Kuku  terlihat pucat.

Pemeriksaan inspekulo
Pada pemeriksaan terlihat vulva vagina tidak ada kelainan, portio terlihat merah menyala dan mudah berdarah, terdapat keputihan yang berbau.

ANALISA
Diagnosa      : Ny. H usia 35 th dengan erosi portio
Masalah     : Cemas, keputihan, nyeri abdomen dan rasa perih pada vagina
Kebutuhan   : Istirahat, personal hygien, nutrisi, dukungan psikologis, informasi tentang penyakit yang diderita.
Masalah potensial     : Cervisitis
PLANNING
1.    Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu. E/ Ibu tahu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan
2.    Memberikan ibu antibiotik 500 mg 3x1 selama seminggu. E/ untuk mengurangi terjadinya infeksi.
3.    Memberikan ibu therapy albotyl. E/  untuk menjaga hygiene terutama daerah kemaluan
4.    Melepaskan   IUD E/ untuk mengurangi perdarahan dan nyeri .
5.    Menganjurkan Konsultasi dengan Dokter Sp.OG. E/ mendapatkan jalan keluar atau solusi untuk memecahkan masalah
6.     Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang  1 minggu kemudian. E/ untuk memantau perkembangan keadaan yang dialami.

3.) Penanggulangan
•Saling setia pada pasangannya
•Lama pemakaian IUD harus diperhatikan
•Pengobatan dengan albotyl vagina 1x selama satu minggu. b. Keputihan1.) Gejala :Keluarnya cairan jernih, tidak berbau dan tidak ada gatal dari vagina2.) PenyebabKarena adanya reaksi endometrium.3.) Penanggulangan
•Menjaga kebersihanvagina agar tidak lembab
•Sering kontrol, jangan kalau ada keluhan saja
•USG
•Pengobatan dengan albotyl 36 % nystatisn 1x / minggu.c. Ekspulsi1.) Gejala
•Nyeri pada keluhan
•Terabanya bagian IUD di dalam vagina.

 Rasa mules / nyeri / kram perut bawah1.) Gejala
Nyeri / mules / sakit pinggang terutama pada hari pertama sesudah pemasangan
•Wajah klien menyeringai
•Nyeri tekan pada atas sympisis pada adneksa.2.) Penyebab Psikis.
•Letak IUD yang tidak tepat
•IUD merangsang pembentukan prostaglandin pada waktu haid.3.) Penanggulangan
•Beri konseling pada akseptor 
•IUD dilepas bila nyeri hebat
•Beri antibiotik 3x 500 mg/hr selama 1 minggu.
 
TINJAUAN KASUSA. PENGKAJIANTanggal :--Jam: -WIBI. Data Subyektif A. Identitas
 Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. WUmur : 35 tahun Umur : 35 tahunSuku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/BangsaAgama : Islam Agama : IslamPendidikan : SMA Pendidikan : SMAPekerjaan : Swasta Pekerjaan : SwastaAlamat : Ds.z Alamat : Ds.Telp. : - Telp. : -

B
.
Anamnesa
1.Alasan Kunjungan : Pertama / Rutin / Ada Keluhan
2.Keluhan yang dirasa : ibu mengatakan keluar flek darah dan keluar keputihanagak banyak, berbau, gatal.
3.Riwayat Mentruasi1.Menarche : 13 th2.Siklus : 28 hari3.Teratur / Tidak : Teratur 4.Lamanya : 6 – 7 hari5.Banyak : 3-4 pembalut / hari6.Sifat : Merah tua, encer tidak bergumpal, anyir 
7.Dismenore : Tidak ada4.Keikutsertaan dalam KBIbu mengatakan setelah melahirkan anaknya yang pertama ibu memakai KB suntik 1 bulan, kemudian ibu berhenti menggunakan KB suntik 1 bulan sejak 2 minggu terakhir danmemakai KB IUD selama 1 minggu, saat ini ibu mengeluh keputihan, warna putih jernih,tidak gatal dan tidak bau, dan keluar flek-flek 
http://htmlimg1.scribdassets.com/8iii2gvn9cq7mzs/images/8-d9e5b4b28c.png
 
1.Cara KB terakhir Ibu mengatakan terakhir menggunakan IUD.2.Jumlah anak hidupLaki-laki : 1 orang hidup umur 3 tahun
3.
Jumlah anak lahir hidup kemudian meninggal Laki-laki dan Perempuan1.Apakah ibu sedang menyusui
Ibu mengatakan tidak sedang menyusui2.Pengetahuan ibu tentang metode KB
Ibu mengatakan hanya mengetahui metode KB pil, suntik dan IUD.
3.
Kebiasaan-kebiasaan merokok : Tidak ada Sejak kapan1.Riwayat pernyakit yang dideritaIbu mengatakan tidak ada penyakit kronis atau menahun seperti jantung, ginjaldan paru-paru. Tidak memiliki penyakit penular seperti TBC, thypoid, Hepatitis danHIV/AIDS serta tidak terdapat riwayat penyakit keturunan seperti DM, Asma ataupunHT
II. Data Obyektif 1.Keadaan Umum
Kesadaran : ApatisCara berjalan : GontaiPostur tubuh : Tegak Ekspresi wajah : KesakitanStatus emosional : LabilTB/BB : 157 cm/55 kg
2.Tanda-tanda Vital
T =
160
/
120
mmHgS = 37
8
° C N = 96
x
/mntRR = 18
x
/mnt
3.Pemeriksaan Fisik 
Muka : Bersih, pucat, tidak oedem, tidak ada chloasma.
Mata : Simetris, palpebra tidak oedem, sklera tidak ikterus, conjunctiva pucat.
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret,tidak ada polip.
 
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen , daun telinga tidak adakelainan.
Mulut : Bersih, lidah bersih, bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak adacaries gigi.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada bendungan V.Jugularis.
Mammae : Bersih, Simetris ka/ki , pembesaran : ada, Konsistensi :Tegang. Massa abnormal (-), Putting susu ka/ki menonjol, terdapat pengeluaran colostrum, Hyperpigmentasi areola ka/ki (-), puting susunormal.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi interkosta.
Abdomen : Bersih, massa abnormal (-), nyeri tekan (+), Tidak ada bekasluka operasi, Bising usus terdengar.
Genetalia :Inspeksi genetalia eksterna : kotor, terdapat pengeluaran darah,Tidak oedem, tidak ada varices, terdapat flour albus berbau, perih, warnakeju.Palpasi kelenjar bartolini : tidak ada pembengkakan kelenjar  bartholmi.
Anus : Bersih, tidak ada haemorroid.
Ekstremitas (at/bw) : Simetris, tidak oedema, tidak ada varices.
4.Pemeriksaan Khusus (Untuk IUD)5.Inspekulo ( pemeriksaan dengan speculum) :
1.Terlihat benang IUD ± 3 cm didepan portio.
Adakah lesi pada serviks : ada dengan batas tidak jelas
Apakah keputihan / spoting : ada, berbau, perih/gatal, berwarna kuningkeju.
Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas.
2.Bimanual
Gerakkan serviks bebas
Tidak ada tanda-tanda kehamilan.
Ante fleksi
Tidak nyeri goyang pada adneksa.
Pemeriksaan lab tidak dilakukan
III. Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan
Diagnosa : Akseptor IUD (CuT 380A) 1 minggu dengan ulkus porsiok/u kurang baik.Masalah : anemia. nyeri abdomen. ibu mengeluh perih pada vagina
IV.Tindakan segera dan kolaborasi
Rujuk 
V. Rencana Manajemen
1.Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibu yangkurang saat ini.2.meningkatakan pengetahuan ibu dan keluarga tentang kondisi kesehatan ibu saatini.3.Ajak diskusi keluarga mengenai (baik/buruknya) alternative tempat rujukan yangdituju
4.
Lakukan kolaborasi dengan tempat rujukan yang dituju5.Pasang Infus RD5%
 
VI.Implementasi
1.Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibuyang kurang saat ini.2.Meninformasikan pengetahuan ibu dan keluarga tentang kondisi kesehatan ibusaat ini.
3.
Mengajak diskusi keluarga mengenai (baik/buruknya) alternative tempat rujukanyang dituju
4.
Melakukan kolaborasi dengan tempat rujukan yang dituju
5.
Memasang Infus RD5%
VII.Evaluasi
Keadaan umum: Baik 1.Ibu mengetahui keadaan dirinya.2.Ibu mengetahui resiko resiko yang terjadi3.Ibu mau untuk melakukan pengobatan untuk rujukan ke tempat yang lebihmemadai.

Rabu, 19 September 2012

MACAM MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN


Macam-Macam Klien Dalam Asuhan Kebidanan

Sesuai dengan wewenang dan lingkup pelayanan kebidanan, maka konseling dalam bidang kebidanan meliputi:
1.       Komunikasi pada bayi dan balita
2.       Komunikasi pada remaja
3.       Komunikasi pada calon orang tua
4.       Komunikasi pada wanita hamil (masa antenatal)
5.       Komunikasi pada ibu bersalin (masa natal)
6.       Komunikasi pada ibu nifas
7.       Komunikasi pada ibu meneteki
8.       Komunikasi pada akseptor keluarga berencana
9.       Komunikasi pada wanita masa klimakterium dan menopause
10.   Komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi
Komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam membantu pasien memecahkan masalah yang dihadapi. Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
1.       Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
2.       Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
3.       Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri
Komunikasi terapeutik pada klien dalam asuhan kebidanan adalah:
1.      Komunikasi pada bayi dan balita
Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bisa berkata-kata belum dipahami secara pasti.
Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi pada bayi meliputi:
·         Fase prelinguistic (fase sebelum bicara)
Suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangis sebagai reaksi terhadap perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu tahun, pada saat usia anak dua sampai tiga minggu seharusnya orang tua sudah dapat membedakan tangis bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau minta perhatian. Untuk dapat membedakan kita harus mengenali tangisan bayi:
a)      Tangis lapar biasanya bayi menangis dengan suara mendatar dan meningkat sesuai kebutuhan.
b)      Tangis kesakitan, bayi mengeluarkan teriakan yang mendadak karena bayi terkejut.
c)       Tangis tidak nyaman atau minta perhatian bayi akan menangis yang berlangsung terus menerus.
Kata pertama
Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena anak banyak akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan dengan apa yang dikerjakan. Misal: “mam” bisa berarti mama, bisa juga berarti makan. Tahap perkembangan anak pada lingkup kata pertama, antara lain:
·         Usia 10 – 12 bulan timbul pengertian pasif dari bahasa.
Bayi memberi respon terhadap kata yang familier misalnya ada yang menyebut
ibu maka dia akan berusaha mencari ibunya.
·         Bicara sesungguhnya mulai usia 12 – 18 bulan.
Satu kata mengandung arti satu kalimat, misal : mengatakan makan berarti saya
mau makan.
·         Menggunakan empat kata pada usia 15 bulan.
Sepuluh kata pada usia delapan belas bulan.
Kalimat pertama
Kalimat anak seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan tata bahasa, misal anak bilang “makan” berarti “aku mau makan”. Jadi orang tua atau orang disekitarnya harus tanggap terhadap kata-kata anak tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan kalimat pertama meliputi:
·         Usia 2 tahun anak mulai menyusun kata.
§  Disebut periode permulaan pembicaraan.
§  Kalimat anak mempunyai arti pribadi, tidak ikut aturan.
§  Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh.

Kemampuan bicara egosentris
Kemampuan bicara egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan tiga macam:
·         Repetitif (pengulangan). Kata yang didengar diulang-ulang.
·         Monolog (berbicara satu arah) biasanya pada anak pra sekolah. Anak bicara sendiri memainkan banyak peran dengan berkata-kata sendiri.
·         Monolog kolektif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri-sendiri, biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.
Perkembangan semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian mulai mengetahui arti dan jenis kata abstrak. Misalnya anak akan lebih memahami kucing yang bisa dilihat daripada pahit,manis, dll. Kata abstrak dipelajari setelah pada masa pra sekolah. Kata yang sulit untuk anak pra sekolah adalah kata yang selain punya arti fisik juga punya arti psikologis. Contohnya: manis bisa berarti sikap, tapi juga bisa berarti rasa.
Prinsip komunikasi yang efektif pada anak
·         Mengikuti perkembangan psikologis anak
·         Kontak kasih sayang orang tua dapat memperkuat kepribadian anak
·         Pentingnya dalam komunikasi: belaian, dukungan dan sentuhan akan menimbulkan rasa senang dan bahagia.
·         Dorongan bidan yaitu dengan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang aktif dalam bahsa dan emosi.
2.      Komunikasi pada remaja
Merujuk pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 18 tahun. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), yang dimaksud remaja adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 18 sampai 24 tahun.
Remaja biasanya merupakan masa untuk mencari jati diri dan pengakuan. Sehingga dalam situasi psikologis yang masih labil. Bila tidak diikuti dengan informasi-informasi yang benar maka akan menimbulkan berbagai masalah yang menyangkut kenakalan remaja.
Konseling yang diberikan pada anak laki – laki dan perempuan pada masa remaja bertujuan memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada usia remaja. Pelaksanaan konseling pada remaja menggunakan pendekatan kelompok. Bidan perlu menjalin hubungan komunikasi terbuka dan mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui oleh remaja. Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada remaja dengan menitikberatkan masalah:
·         Perubahan fisik/biologis sesuai usia
·         Perubahan emosi dan perilaku remaja
·         Kehamilan pada remaja
·         Narkotika
·         Kenakalan remaja
·         Hambatan dalam belajar
Komunikasi yang efektif pada remaja harus memperhatikan hal-hal yang menyangkut dengan remaja. Bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa baik secara jasmani maupun rohani. Jadi dalam komunikasi dengan remaja lebih memperhatikan:
·         Kenyamanan remaja dalam menerima informasi
·         Memperhatikan cara pandang remaja dalam mensikapi pesan yang disampaikan
·         Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan
·         Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar
·         Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja
·         Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan
·         Menjalin keakraban dengan remaja
Bidan sebagai konselor dalam masalah tersebut perlu melakukan pelayanan konseling, baik pada keluarga dalam arti orang tua maupun remaja yang bermasalah.
3.      Komunikasi pada calon orang tua
Konseling pada calon orangtua membantu pemahaman diri untuk menjadi orang tua, baik sebagai ayah maupun sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan perkembangan terjadi secara alami. Salah satu peran bidan ketika menghadapi klien adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling kebidanan. Untuk memperjelas arah konseling kebidanan pada calon orang tua, perlu adanya pemahaman terlebih dahulu tentang hal – hal sebagai berikut :
·         Menjadi orang tua
Menjadi orang tua adalah suatu proses kehidupan yang bermula dari terbentuknya pasangan suami istri menjadi keluarga dan berlanjut dengan adanya keturunan.
·         Tanggung jawab laki-laki sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah.
Dalam perubahan status menjadi ayah atau kepala keluarga, merupakan suatu keadaan yang membuat laki-laki secara psikologis harus mampu membagi kasih terhadap istri dan anak. Memenuhi kebutuhan keluarga secara fisik dan psikologis, secara moral dan material.
·         Tanggung jawab perempuan sebagai ibu dalam keluarga
     Peran ibu dalam keluarga sangat kompleks. Ibu sebagai penerus keturunan, pendidik dalam keluarga dan sebagai pendamping suami serta sebagai pelaksana, menjalankan perekonomian dalam keluarga bersama suami.
Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih menitikberatkan kepada:
·         Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.
·         Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi.
·         Memberi bimbingan tentang persiapan perkawinan, dihubungkan dengan NKKBS/keluarga berkualitas.
·         Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.
·         Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi dan peran yang terjadi.
·         Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.
Konseling pada orang tua karena berperan sebagai orang tua yang baik :
·         Butuh penyesuaian dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan baru (dua keluarga menjadi satu)
·         Menjadi orang tua merupakan proses kehidupan individu
·         Masalah perbedaan pasutri (pasangan suami istri)
·         Tanggung jawab laki-laki (ayah/kepala keluarga)
·         Tanggung jawab perempuan sebagai penerus keturunan, pendidik, pendamping suami, ekonomi keluarga
Masalah-masalah yang dihadapi:
·         Kesehatan
·         Pendidikan
·         Hubungan antar dan inter keluarga
·         Psikososial (norma dan tata nilai)
4.      Komunikasi pada wanita hamil (masa antenatal)
Konseling pada wanita hamil terutama ditujukan pada ibu dengan kehamilan pertama. Konseling yang diberikan oleh bidan pada trimester pertama berkenaan dengan perkembangan janin sesuai dengan usia kehamilan, serta perubahan yang terjadi pada ibu. Konseling pada kehamilan trimester ketiga berfokus pada intervensi yang diberikan pada klien berkenaan dengan keadaan janin dalam rahim, posisi janin dan letak janin. Persiapan persalinan baik yang normal maupun yang tidak normal didahului dengan penjelasan tanda persalinan.
  1. Trimester 1
    1. Perubahan fisik
Perubahan fisik yang dialami pada masa antenatal trimester pertama adalah :
1)             Mual yang dapat disertai muntah
2)             Hidung tersumbat dan epistaksis terjadi disebabkan edema masal akibat kenaikan kadar estrogen
3)             Sering berkemih yang disebabkan uterus yang bertambah besar yang menekan kandung kemih
4)             Nyeri tekan pada payudara
5)             Hiperpalisipasi
6)             Leukorea
7)             Sakit kepala karena tekanan emosi, ketegangan mata, pembengkakan vaskuler dan kongesti sinus akibat stimulasi hormonal
  1. Perubahan psikologis
Perubahan pada ibu hamil bukan merupakan gangguan psikologis atau kejiwaan, tetapi merupakan bentuk perubahan fisiologis pada ibu hamil. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan fisik. Kecenderungan ibu hamil pada trimester pertama merasakan ketidaknyamanan, perasaan ingin marah, tidak menentu yang tidak diketahui penyebabnya.
·         Peristiwa fisiologis:
Terjadi konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur), ibu tidak menstruasi, terjadi perubahan hormonal, hal ini yang menyebabkan kadang ibu mengalami pusing, mual, tidak nafsu makan, peningkatan suhu tubuh dan nampak cloasma gravidarum, BB bertambah, pembesaran uterus, sehingga tadinya langsing menjadi montok, gendut, dan gerakan lambat.
·         Perubahan psikologis:
Kehamilan merupakan arti emosional pada setiap wanita, yang biasanya disertai perubahan-perubahan kejiwaan. Peristiwa-peristiwa kejiwaan yang biasanya menyertai ibu hamil antara lain peristiwa ngidam dibarengi dengan emosi-emosi yang kuat karena dorongan hormonal, ibu jadi peka, mudah tersinggung, karena hamil umumnya menambah intensitas tekanan batin pada psikisnya, tetapi dapat juga dijumpai ibu yang bangga dengan kehamilannya dan bergairah menyambut kehadiran bayinya, bila merupakan peristiwa pertama. Disamping perasaan gembira, rasa cemas pun timbul apa bayinya cacat/sehat, apa melahirkan dengan lancar. Hal ini biasanya diperberat dengan kasus-kasus rumah tangga.
Hal-hal yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada ibu hamil adalah:
·         Ibu hamil pertama belum punya pengalaman, contoh adanya pergerakan anak, kelainan-kelainan kulit
·         Anak yang tidak diharapkan, contoh pernah mau digugurkan tetapi tidak gugur, takut anaknya cacat, kehamilan diluar nikah
·         Persalinan lalu tidak menyenangkan, contoh anak lahir tidak abnormal, anak meninggal, perdarahan, terlalu mengharap jenis kelamin tertentu, umur ibu risiko tinggi, ibu menderita penyakit tertentu, tidak mendapat dukungan suami atau keluarga yang lain, dll.
Pelaksanaan komunikasi terapeutik:
Bidan yang senantiasa berhubungan dengan bumil diharapkan mampu melalaui
tindakan pemeriksaan, penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan
berbagai metode maupun bentuk hubungan. Mengadakan komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik diharapkan dapat merendam pemunculan faktor psikososial
yang berdampak negatif terhadap kehamilan
Bidan diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk
mengorganisasikan perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima,
memelihara kehamilannya sehingga dapat melahirkan dengan lancar.
Prinsip komunikasi pada ibu hamil:
·         Pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi ibu hamil
·         Informasi yang diberikan menyangkut tentang kehamilan dan persiapan melahirkan. Seperti ke hal-hal yang menyangkut kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diperlukan
·         Menciptakan kenyamanan dan keakraban saat menyampaikan pesan
·         Tidak membuat penerima stress dengan info yang disampaikan
5.      Komunikasi pada ibu bersalin (masa natal)
Kelahiran merupakan proses fisiologis yang diwarnai komponen psikologis. Akan tetapi peristiwa yang dialami tiap orang berbeda.
·         Perubahan fisiologis:
§  Semakin tua kehamilan ibu semakin merasakan gerakan-gerakan bayi, perut makin besar, pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu tidak nyaman. Kadang kadang terjadi gangguan kencing, kaki bengkak.
§  Otot-otot panggul dan jalan lahir mekar
§  Kontraksi uterus dipengaruhi syaraf-syaraf sympati, parasympati, syaraf lokal otot uterus
·         Perubahan psikologis:
§  Minggu-minggu terakhir dipengaruhi perasaan/emosi dan ketegangan
§  Ibu cemas apa bayinya cacat, dapat lahir lancar
§  Ibu takut darah, nyeri, takut mati
§  Kecemasan ayah hampir sama dengan kecemasan ibu, bedanya ayah tidak langsung merasakan efek kehamilan
Pelaksanaan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan:
Melihat kecemasan pada ibu dan suami maka orientasi pelayanan bukan hanya ditujukan pada ibu tetapi juga pada suami. Ibu dituntun untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang proses kelahiran. Suami dibesarkan hatinya, dijelaskan apa yang terjadi pada istrinya.Komunikasi pada ibu bersalin difokuskan pada teknik-teknik bersalin seperti teknik mengejan atau mengatur pernafasan dan lain-lain
Pemberian pesan harus sabar dalam memberikan informasi pada saat ibu bersalin,sehingga ibu yang sedang bersalin merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang diberikan sehingga bisa mempratekkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
6.      Komunikasi pada ibu nifas
·         Perubahan fisiologis:
§  Terjadi proses involusio, keluar lochea, perut ibu kelihatan besar.
·         Perubahan psikologis:
§  Muncul berbagai ekspresi akibat berlalunya peristiwa menentukan dalam hidupnya dan merupakan peristiwa mengesankan karena:
a)      Ibu merasa bangga karena telah mengalami kesulitan, kecemasan, kesakitan, penderitaan dengan tenaganya sendiri
b)      Ibu bahagia karena telah mendapat relasi dengan bayinya, ingin cepat tau jenis kelamin, bentuk bayinya.
§  Disamping itu muncul gejala-gejala psikis disebabkan:
a)      Ibu mengalami kesenduan, kepedihan hati, kekecewaan dan penderitaan batin misal karena anak hasil hubungan luar nikah
b)      Jenis kelamin anak tidak sesuai harapan, bayi cacat sehingga timbul rasa tidak cinta anaknya
c)       Ibu-ibu yang telah cerai, kelahiran anak merupakan peristiwa tidak menyenangkan
Pelaksanaan komunikasi terapeutik:
·         Bidan harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih,seperti semula
·         Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan psikis ibu nifas
Prinsip komunikasi pada ibu nifas:
·         Komunikasi difokuskan pada permasalahan kasusnya masa nifas seperti cara
menjaga kebersihan, perawatan bagi dan juga kesehatan ibu dan anak. Serta
pemulihan organ-organ reproduksi
·         Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan yang memerlukan
suatu tindakan khususnya dana
·         Dalam menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima
·         Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang benar, maka pemberi pesan harus memberikan contoh melalui alat media atau mempratekkan langsung pada ibu-ibu tersebut
7.      Komunikasi pada ibu meneteki
·         Perubahan fisiologis:
§  Kelenjar susu mulai bekerja yang dipengaruhi hormon-hormon maka mulailah masa menyusui
·         Perubahan psikologis:
§  Ibu merasa terpisah dengan bayinya. Gejolak emosi yang muncul: ibu cemas dengan keselamatan bayinya, cemas tidak dapat memberi ASI dan perawatan cukup, tetapi ada juga yang sebaliknya benci kepada anaknya.
§  Kondisi yang mencemaskan dimana ibu takut menyusui bayinya, takut payudara jadi jelek, masalah lain karena ASI tidak keluar, takut bayi kurang makan/ASI
Pelaksanaan komunikasi:
Komunikasi ditekankan kepada peranan ibu untuk memberikan air susunya kepada bayi sebagai wujud pertalian kasih sayang.


8.      Komunikasi pada akseptor keluarga berencana
·         Perubahan fisiologis:
Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan sebagai akibat dari efek samping kontrasepsi seperti pusing, BB bertambah, timbul flek-flek pada wajah, menstruasi banyak/tidak teratur/tidak menstruasi, keputihan, libido turun, dll.
·         Perubahan psikologis:
Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi, ibu takut terjadi kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi sehingga hamil.
Pelaksanaan komunikasi:
§  Komunikasi berorientasi kepada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara mengatasinya
§  Cara kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaiannya
Informasi awal pada saat konseling KB adalah manfaat KB terhadap kesehatan dan kesejahteraan keluarga, jenis, metode dan alat kontrasepsi, efek samping dan cara penanggulangannya, komplikasi dan cara penanggulangannya.Hal-hal yang dibutuhkan untuk melakukan konseling KB yang baik terutama bagi calon klien KB baru : Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien, dan menciptakan suasana rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk dalam masalah pribadi sekalipun.
  1. Interaksi antar petugas dan klien
  2. Memberikan informasi yang baik terhadap klien
  3. Hindari pemberian informasi yang berlebihan
  4. Tersedianya metode yang diinginkan klien
  5. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
  6. Langkah-langkah konseling KB (SATU TUJU)
Dalam memberikan konseling khususnya bagi calon klien baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tidak perlu dilakukan secara beurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibandingkan dengan langkah yang lainnya.
Kata kunci SATU TUJU adalah :
SA       : berikan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
T          : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya.
U         : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
TU       : bantulah klien menentukan pilihannya.
J            : jelaskan secara lengkap bagaimana menggnakan kontrasepsi pilihannya.
U         : perlunya dilakukan kunjungan ulang.
Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan dari :
G – Greet : Memberikan salam, memperkenalkan diri dan membuka komunikasi.
A – Ask atau Assess: Menanyakan keluhan atau keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T – Tell : Beritahu bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
H – Help :Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing-masing cara tersebut.
E – Explain : Jelaskan bahwa cara yang terpilih telah diberikan/dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin bisa segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan.
R – Refer atau Return visit :Rujuk atau fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah memberikan perhatian
9.      Komunikasi pada wanita masa klimakterium dan menopause
·         Perubahan fisiologis:
Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan yang menyertai akibat menurunnya hormon estrogen dan progesteron, seperti haid tidak teratur, keringat dingin, rasa panas di wajah (hot flash), jantung berdebar-debar, sakit saat berhubungan seks (dispareuni), dll.
·         Perubahan psikologis:
Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi.
Pelaksanaan komunikasi:
§  Menjelaskan bahwa menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita
§  Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia subur maupun klimakterium
§  Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan khususnya kesehatan reproduksi
§  Membantu klien dalam pengambilan keputusan
§  Komunikasi pada menopause harus memperhatikan sifat-sifat dari menopause itu sendiri agar pesan yang disampaikan dapat dicerna dengan baik.Karena fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang maka komunikasi bisa menggunakan alat bantu untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan
Komunikasi bisa menggunakan beberapa pendekatan diantaranya:
·         Pendekatan biologis: yaitu menitikberatkan pada perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada menopause seperti anatomi,fisiologi serta kondisi patologi yang bersifat multipel dan kelainan fungsional pada menopause
·         Pendekatan psikologis: yaitu menitikberatkan pada pemeliharaan dan pengembangan fungsi-fungsi kognitif, afektif, konatif, dan kepribadian secara optimal
·         Pendekatan sosial budaya: yaitu menitikberatkan pada masalah sosial budaya yang mempengaruhi menopause.
10.  Komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi
·         Perubahan fisiologis:
Muncul gangguan-gangguan dan keluhan yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita, seperti keputihan, gangguan menstruasi, infertilitas, kanker/tumor di organ reproduksi, penyakit menular seksual, dll.
·         Perubahan psikologis:
Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi dan ketidaksiapan menerima kenyataan
Pelaksanaan komunikasi:
·         Menjelaskan penyebab/kemungkinan gangguan yang diderita ibu
·         Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi
·         Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan atau rujukan khususnya kesehatan reproduksi
·         Membantu klien dalam mengambil keputusan
·         Memberikan support mental.





Sumber
Tyastuti S, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Pada Bayi dan Anak